Ummu al-Mu'minin
(Arab: أمهات المؤمنين, Ibu orang-orang Beriman)
adalah istilah dalam bahasa Arab yang digunakan dalam syariat Islam, merupakan penyebutan kehormatan
bagi istri-istri dari Muhammad. Muslim menggunakan istilah
tersebut sebelum atau sesudah nama istrinya. Istilah ini diambil dari ayat
Quran, yang berbunyi:
“
|
Nabi
itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri
dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka...(
Al-Ahzab ayat 6)
|
”
|
Nabi Muhammad seringkali
disebutkan menikah dengan 11 orang perempuan. Terdapat anggapan bahwa ia
menikah dengan dua orang perempuan lainnya, tetapi diceraikannya sebelum mereka
sempat bersama-sama.[rujukan?]
Khadijah binti Khuwailid
Ia merupakan isteri Nabi Muhammad yang pertama. Sebelum
menikah dengan Nabi, ia pernah menjadi isteri dari Atiq bin Abid dan Abu
Halah bin Malik dan telah melahirkan empat orang anak, dua
dengan suaminya yang bernama Atiq, yaitu Abdullah dan Jariyah, dan dua dengan
suaminya Abu Halah yaitu Hindun dan Zainab.
Berbagai riwayat
memaparkan bahwa saat Muhammad s.a.w. menikah dengan Khadijah, umur Khadijah berusia 40 tahun sedangkan
Nabi hanya berumur 25 tahun. Tetapi menurut Ibnu Katsir, seorang tokoh dalam
bidang tafsir, hadis dan sejarah, mereka menikah dalam usia yang sebaya. Nabi
Muhammad s.a.w. bersama dengannya sebagai suami isteri selama 25 tahun yaitu 15
tahun sebelum menerima wahyu pertama dan 10 tahun setelahnya hingga wafatnya
Khadijah, kira-kira 3 tahun sebelum hijrah
ke Madinah. Khadijah wafat saat ia berusia 50 tahun.
Ia merupakan isteri nabi Muhammad s.a.w. yang tidak pernah dimadu, karena semua isterinya yang dimadu
dinikahi setelah wafatnya Khadijah. Di samping itu, semua anak Nabi kecuali Ibrahim adalah anak kandung Khadijah.
Maskawin dari nabi Muhammad s.a.w. sebanyak 20 bakrah dan upacara perkawinan diadakan oleh ayahnya Khuwailid. Riwayat
lain menyatakan, upacara itu dilakukan oleh saudaranya Amr bin Khuwailid.
Pernikahannya dengan
Khadijah menghasilkan keturunan hanya enam orang, yaitu: Al Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah, dan Abdullah.
Al Qosim mendapat
julukan Abul Qosim, sedangkan Abdullah mempunyai julukan at Thoyib at
Thohir yang berarti "Yang Bagus dan Lagi Suci".
Saudah binti Zam'ah
Nabi menikah dengan
Sawdah setelah wafatnya Khadijah dalam bulan itu juga. Sawdah adalah seorang
janda tua. Suami pertamanya ialah al-Sakran bin Amr. Sawdah dan suaminya
al-Sakran adalah di antara mereka yang pernah berhijrah ke Habsyah. Saat suaminya meninggal dunia setelah pulang dari Habsyah, maka Rasulullah telah mengambilnya
menjadi isteri untuk memberi perlindungan kepadanya dan memberi penghargaan
yang tinggi kepada suaminya.
Acara pernikahan
dilakukan oleh Salit bin Amr. Riwayat lain menyatakan upacara dilakukan oleh
Abu Hatib bin Amr. Maskawinnya ialah 400 dirham.
Aisyah binti Abu Bakar
Aisyah adalah
satu-satunya isteri Muhammad yang masih gadis pada saat dinikahi. Aisyah
dinikahkan pada tahun 620 M. Akad nikah diadakan di Mekkah sebelum Hijrah, tetapi setelah wafatnya Khadijah dan setelah
Muhammad menikah dengan Saudah. Upacara dilakukan oleh ayahnya Abu Bakar dengan maskawin 400 dirham.
Hadits mengenai umur
Aisyah tatkala dinikahkan adalah problematis. Hisyam bin ‘Urwah adalah
satu-satunya yang mengabarkan tentang umur pernikahan Aisyah, yang didengarnya dari
ayahnya. Bahkan Abu Hurairah ataupun
Malik bin Anas tidak
pernah mengabarkannya. Beberapa riwayat yang termaktub dalam buku-buku hadits
berasal hanya dari Hisyam sendiri, dan hadits ini dianggap dhaif.[rujukan?]
Hisyam mengutarakan hadits tersebut tatkala telah bermukim di Irak, dan ia pindah ke negeri itu dalam umur 71 tahun.
Hisyam bin ‘Urwah
menyatakan bahwa Aisyah dinikahkan ketika berumur 6 tahun. Muhammad tidak
bersama dengannya sebagai suami-isteri melainkan setelah berhijrah ke Madinah.
Ketika itu, Aisyah berumur 9 tahun sementara nabi Muhammad berumur 53 tahun.
Mengenai hal ini Ya’qub bin Syaibah berkata: “Yang dituturkan oleh Hisyam
sangat terpecaya, kecuali yang disebutkannya tatkala ia sudah pindah ke Irak.”
Ibnu Syaibah menambahkan bahwa Malik bin Anas menolak penuturan Hisyam yang
dilaporkan oleh penduduk Irak.[1] Dalam buku tentang
sketsa kehidupan para perawi hadits, tersebut bahwa saat Hisyam berusia lanjut
ingatannya sangat menurun.[2]
Menurut Tabari, keempat anak Abu Bakar
(termasuk Aisyah) dilahirkan oleh isterinya pada zaman Jahiliyah, artinya sebelum 610 M.[3] Apabila Aisyah
dinikahkan sebelum 620 M, maka ia dinikahkan pada umur di atas 10 tahun dan
hidup sebagai suami-isteri dengan Muhammad dalam umur di atas 13 tahun. Menurut
Abd alRahman bin Abi Zannad: “Asmah 10 tahun lebih tua dari Aisyah.”[4] Menurut Ibnu Hajar al-'Asqalani, Asmah hidup hingga usia 100 tahun dan meninggal tahun 73 atau 74
Hijriyah.[5] Apabila Asmah meninggal
dalam usia 100 tahun dan meninggal dalam tahun 73 atau 74 Hijriyah, maka Asma
berumur 27 atau 28 tahun pada waktu Hijrah, sehingga Aisyah berumur (27 atau 28) - 10 = 17 atau 18 tahun
pada waktu Hijrah. Itu berarti Aisyah mulai hidup berumah tangga dengan
Muhammad pada waktu berumur 19 atau 20 tahun.
Hafshah binti Umar bin al-Khattab
Hafsah seorang janda.
Suami pertamanya Khunais bin Hudhafah al-Sahmiy yang meninggal dunia saat Perang Badar. Ayahnya Umar meminta
Abu Bakar menikah dengan Hafsah, tetapi Abu Bakar tidak menyatakan persetujuan
apapun dan Umar mengadu kepada nabi Muhammad. Kemudian rasulullah mengambil
Hafsah sebagai isteri. Hafsah Binti Umar (wafat 45 H)
Hafshah binti Umar bin
Khaththab adalah putri seorang laki-laki yang terbaik dan mengetahui hak-hak
Allah dan kaum muslimin. Umar bin Khaththab adalah seorang penguasa yang adil
dan memiliki hati yang sangat khusyuk. Pernikahan Rasulullah . dengan Hafshah
merupakan bukti cinta kasihnya kepada mukminah yang telah menjanda setelah
ditinggalkan suaminya, Khunais bin Hudzafah as-Sahami, yang berjihad di jalan
Allah, pernah berhijrah ke Habasyah, kemudian ke Madinah, dan gugur dalam
Perang Badar. Setelah suami anaknya meninggal, dengan perasaan sedih, Urnar
menghadap Rasulullah untuk mengabarkan nasib anaknya yang menjanda. Ketika itu
Hafshah berusia delapan belas tahun. Mendengar penuturan Umar, Rasulullah
memberinya kabar gembira dengan mengatakan bahwa ia bersedia menikahi Hafshah.
Jika kita menyebut nama
Hafshah, ingatan kita akan tertuju pada jasa-jasanya yang besar terhadap kaum
muslimin saat itu. Dialah istri Nabi yang pertama kali menyimpan Al-Qur’an
dalam bentuk tulisan pada kulit, tulang, dan pelepah kurma, hingga kemudian
menjadi sebuah kitab yang sangat agung.
Hindun binti Abi Umayyah (Ummu Salamah)
Salamah seorang janda
tua mempunyai 4 anak dengan suami pertama yang bernama Abdullah bin Abd al-Asad.
Suaminya syahid dalam Perang Uhud dan
saudara sepupunya turut syahid pula dalam perang itu lalu nabi Muhammad
melamarnya. Mulanya lamaran ditolak karena menyadari usia tuanya. Alasan umur
turut digunakannya ketika menolak lamaran Abu Bakar dan Umar al Khattab.
Lamaran kali kedua nabi
Muhammad diterimanya dengan maskawin sebuah tilam, mangkuk dari sebuah pengisar
tepung.
Ramlah binti Abu Sufyan (Ummu Habibah)
Ummu Habibah seorang janda.
Suami pertamanya Ubaidillah bin Jahsyin al-Asadiy. Ummu Habibah dan suaminya
Ubaidullah pernah berhijrah ke Habsyah. Ubaidullah meninggal dunia ketika di
rantau dan Ummu Habibah yang berada di Habsyah kehilangan tempat bergantung.
Melalui al Najashi, nabi
Muhammad melamar Ummu Habibah dan upacara pernikahan dilakukan oleh Khalid bin
Said al-As dengan maskawin 400 dirham, dibayar oleh al Najashi bagi pihak nabi.
Juwayriyah (Barrah) binti Harits
Ayah Juwairiyah ialah
ketua kelompok Bani Mustaliq yang telah mengumpulkan bala tentaranya untuk memerangi nabi
Muhammad dalam Perang
al-Muraisi'.
Setelah Bani al-Mustaliq
tewas dan Barrah ditawan oleh Tsabit bin Qais bin al-Syammas al-Ansariy. Tsabit hendak dimukatabah dengan 9 tahil emas, dan Barrah pun mengadu kepada nabi.
Rasulullah bersedia
membayar mukatabah tersebut, kemudian menikahinya.
Shafiyah binti Huyay
Shafiyah anak dari
Huyay, ketua suku Bani Nadhir, yaitu salah satu Bani Israel yang berdiam di sekitar
Madinah. Dalam Perang Khaibar, Shafiyah dan suaminya
Kinanah bin al-Rabi telah tertawan. Dalam satu perundingan setelah dibebaskan,
Safiyah memilih untuk menjadi isteri nabi Muhamad. Sofiah binti Huyai bin Akhtab (wafat 50 H).
Shafiyah memiliki kulit yang sangat putih dan memiliki paras cantik, menurut Ummu Sinan Al-Aslamiyah, sehingga membuat
cemburu istri-istri Muhammad yang lain. Bahkan ada istri Muhammad dengan nada
mengejek, mereka mengatakan bahwa mereka adalah wanita-wanita Quraisy, wanita-wanita Arab
sedangkan dirinya adalah wanita asing (Yahudi). Bahkan suatu ketika Hafshah
sampai mengeluarkan lisan kata-kata, ”Anak seorang Yahudi” hingga menyebabkan
Shafiyah menangis. Muhammad kemudian bersabda, “Sesungguhnya engkau adalah
seorang putri seorang nabi dan pamanmu adalah
seorang nabi, suamimu pun juga seorang nabi lantas dengan alasan apa dia
mengejekmu?” Kemudian Muhammad bersabda kepada Hafshah, “Bertakwalah kepada
Allah wahai Hafshah!” Selanjutnya manakala dia mendengar ejekan dari
istri-istri nabi yang lain maka diapun berkata, “Bagaimana bisa kalian lebih
baik dariku, padahal suamiku adalah Muhammad, ayahku (leluhur) adalah Harun dan pamanku adalah Musa?”[6] Shafiyah wafat tatkala
berumur sekitar 50 tahun, ketika masa pemerintahan Mu'awiyah.
Zainab binti Jahsy
Zaynab merupakan isteri Zaid bin Haritsah, yang pernah menjadi budak dan kemudian menjadi anak angkat nabi Muhammad s.a.w. setelah dia dimerdekakan.
Hubungan suami isteri
antara Zainab dan Zaid tidak bahagia karena Zainab dari keturunan mulia, tidak
mudah patuh dan tidak setaraf dengan Zaid. Zaid telah menceraikannya walaupun
telah dinasihati oleh nabi Muhammad s.a.w..
Upacara pernikahan
dilakukan oleh Abbas bin Abdul-Muththalib dengan maskawin 400 dirham, dibayar bagi pihak nabi Muhammad
s.a.w.
Zainab binti Khuzaymah[7]
Zaynab putri Khuzaymah
bin al-Harits bin Abdullah bin Amr bin Abdu Manaf bin Hilal bin Amir bin
Sha’sha’a bin Muawiyah. Dijuluki “Ibu orang-orang miskin” karena
kedermawanannya terhadap orang-orang miskin. Sebelumnya menikah dengan
Muhammad, ia adalah istri dari Abdullah bin Jahsy. Ada riwayat yang mengatakan ia istri Abdu Thufail bin al-Harits, tetapi
pendapat pertama adalah yang sahih. Ia dinikahi oleh Muhammad pada tahun ke 3 H
dan hidup bersamanya selama hanya dua atau tiga bulan., karena Zainab binti
Khuzaimah meninggal dunia sewaktu Muhammad masih hidup.
Maimunah binti al-Harits[8]
Maymunah binti al-Harits
bin Hazn bin Bujair bin al-Harm bin Ruwaibah bin Abdullah bin Hilal bin Amir
bin Sha’sha’a bin Muawiyah bibi dari Khalid bin Walid dab Abdullah bin Abbas.
Rasulullah saw menikahinya di tempat yang bernama Sarif suatu tempat mata air
yang berada sembilan mil dari kota Mekah. Ia adalah wanita terakhir yang dinikahi oleh Muhammad. Wafat di
Sarif pada tahun 63 H.
Mariah al-Qabtiyya[9]
Mariah al-Qibthiyah
ialah satu-satunya istri Nabi yang berasal dari Mesir. Ia seorang mantan budak Nabi yang telah dinikahi dan satu-satunya pula yang dengannya
Nabi memperoleh anak selain Khadijah yakni Ibrahim namun meninggal dalam usia 4
tahun. Mariyah al-Qibtiyah wafat pada 16H/637 M.
Seorang wanita asal Mesir yang dihadiahkan oleh Muqauqis, penguasa Mesir kepada Rasulullah tahun 7 H. Setelah dimerdekakan
lalu dinikahi oleh Rasulullah dan mendapat seorang putra bernama Ibrahim.
Sepeninggal Rasulullah dia dibiayai oleh Abu Bakar kemudian Umar dan meninggal
pada masa kekhalifahan Umar.
Seperti halnya Sayyidah
Raihanah binti Zaid, Mariyah al-Qibtiyah adalah teman (stlh dibebaskan
Rasulullah) yang kemudian ia nikahi. Rasulullah memperlakukan Mariyah
sebagaimana ia memperlakukan istri-istrinya yang lainnya. Abu Bakar dan Umar
pun memperlakukan Mariyah layaknya seorang Ummul-Mukminin. Dia adalah istri
Rasulullah satu-satunya yang melahirkan seorang putra, Ibrahim, setelah
Khadijah.
Allah menghendaki
Mariyah al-Qibtiyah melahirkan seorang putra Rasulullah setelah Khadijah.
Betapa gembiranya Rasulullah mendengar berita kehamilan Mariyah, terlebih
setelah putra-putrinya, yaitu Abdullah, Qasim, dan Ruqayah meninggal dunia.
Mariyah mengandung
setelah setahun tiba di Madinah. Kehamilannya membuat istri-istri Rasul cemburu
karena telah beberapa tahun mereka menikah, namun tidak kunjung dikaruniai
seorang anak pun. Rasulullah menjaga kandungan istrinya dengan sangat
hati-hati. Pada bulan Dzulhijjah tahun kedelapan hijrah, Mariyah melahirkan
bayinya yang kemudian Rasulullah memberinya nama Ibrahim demi mengharap berkah
dari nama bapak para nabi, Ibrahim. Lalu ia memerdekakan Mariyah sepenuhnya.
Catatan kaki
Referensi
- Profesor Madya Dr. Ishak Mohd. Rejab, Rasulullah Sebagai Ketua Keluarga, Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia, 1988.
- Para Istri Rasulallah disitus Fiqh Islam.com
- Syi'ah dan para istri Rasul di Assalafy.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar